
Idulfitri merupakan hari yang punya banyak keistimewaan. Seperti mempererat silaturahmi dan membangun ukhuwah islamiyah. Setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda-beda dalam menyambut datangnya idulfitri, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Pabuaran.
Pabuaran adalah wilayah yang ada di Kabupaten Serang, Provinsi Banten (bagian barat). Daerahnya strategis dan terbagi menjadi beberapa kampung; Kp. Pabuaran, Kp. Pasawahan, Kp. Pasir Wadas, Kp. Ranca Belut, dan seterusnya.
Dalam menyambut idulfitri, komunitas masyarakat Pabuaran memiliki beberapa kultur sosial-agama yang unik. Kegiatan ini rutin dilaksanakan saban tahun, sebagai hiburan dan bertujuan membangun kerukunan dalam masyarakat, sebagai ruang silaturahmi dan memperkuat persaudaraan antarsesama. Menyambut kemenangan di Pabuaran punya kesan tersendiri.
Kegiatan yang sifatnya hiburan lebih menarik dan mengundang antusias masyarakat untuk turut serta. Panjat pinang, umpamanya. Panjat pinang adalah satu kegiatan yang diadakan sehari usai lebaran.
Panjat Pinang melibatkan beberapa orang untuk saling bekerja sama memanjat pohon pinang. Tepat di pucuk atas pohon pinang, bergelantungan hadiah-hadiah; pakaian, alat-alat dapur, uang, makanan, dan seterusnya.
Baca juga: Ruwah dan Ritus Sebelum Ramadhan
Selain itu, ada pula pawai obor yang dilakukan masyarakat Pabuaran. Pawai obor merupakan kebiasaan masyarakat Pabuaran dalam menyambut datangnya idulfitri.
Masyarakat berkumpul menjadi satu, berbaris memegang obor bambu dan sebagian memukul bedug, serta disusul oleh iring-iringan sepeda motor.
Dalam pawai obor ini, arak-arakan masyarakat keliling dari kampung ke kampung sembari melantunkan takbir. Pendar cahaya obor menjadi saksi gema takbir masyarakat Pabuaran menjelang hari kemenangan. Kegiatan ini dilangsungkan semata-mata sebentuk ungkapan syukur setelah sebulan penuh menunaikan ibadah di bulan suci.
Pendar cahaya obor jadi saksi gema takbir masyarakat Pabuaran menyambut hari kemenangan.
Kemudian, kegiatan yang bernuansa Islam dan memiliki nilai sebagai penguat ikatan silaturahmi dan ukhuwah islamiyah adalah ngariung (riungan). Ngariung adalah sebuah kegiatan yang melibatkan semua kaum laki-laki, baik tua maupun muda, yang berkumpul di masjid dengan membawa bekal aneka makanan.
Dalam pelaksanaanya, ngariung diisi dengan tawasul dan doa. Pak Khaerudin, selaku ketua DKM (Dewan Kesejahteraan Masjid) masjid Al-Jihad di Kp. Pasir wadas, mengatakan bahwa kegiatan riungan ini rutin dan selalu digelar tak hanya dalam rangka menyambut hari raya, tetapi juga dalam acara 1 muharam, isra mi’raj, dan maulid Nabi.
Yang kedua yakni matung. Kegiatan ini dimulai dengan menyembelih kerbau yang dilakukan satu hari sebelum lebaran (H-1). Kenapa dinamai matung?
Sebab dalam bahasa Sunda “matung” berarti berpatungan atau mengumpulkan uang dari setiap masyarakat untuk membeli satu kerbau lalu disembelih. Daging kerbau hasil sembelihan dibagi rata kepada masyarakat yang ikut serta matung.

Adanya kegiatan ini, selain sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang Allah beri, juga mendorong masyarakat untuk kompak dan membangun kemakmuran di lingkungan masyarakat, lebih-lebih memudahkan masyarakat untuk mendapat daging ketimbang harus beli di pasar.
Yang ketiga adalah ziarah kubur. Ziarah juga salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan tatkala idulfitri. Ziarah adalah kunjungan ke makam bersama-sama dengan melangitkan doa-doa dan sebagai bentuk kepedulian kita yang hidup terhadap orang-orang sudah mendahului kita, terutama leluhur dan sanak saudara.
Yang keempat yaitu silaturahmi dari pintu ke pintu. Kegiatan ini dilakukan tepat setelah menunaikan salat idulfitri. Para anggota masyarakat medatangi setiap rumah, baik kerabat maupun tetangga. Semunya bergiliran saling berkunjung guna melakukan halal bi halal sebagai wujud ungkapan maaf dan memperkukuh tali persaudaraan antarmasyarakat.
Sewaktu momentum lebaran inilah kita bisa melihat sanak saudara kita berkumpul di dalam rumah, sebab di masa-masa selain lebaran, mereka punya kesibukan masing-masing; di luar kota, bekerja, merantau, atau menuntut ilmu. Mudik adalah saat tepat untuk bersua, berbagi kabar dan cerita.
Baca juga: Membaca Ajaran Sang Mandor Klungsu
Seturut penjelasan ketua RW setempat, bahwa kegiatan silaturahmi merupakan hal penting. Pada dasarnya kunjungan yang dilangsungkan oleh setiap masyarakat dari rumah ke rumah adalah pondasi dasar membangun kerukunan agar tak sebatas saling megenal, tetapi juga menganggap semuanya sebagai satu keluarga yang utuh—saling membantu dan menopang.
Kunjungan dari rumah ke rumah adalah pondasi dasar membangun kerukunan agar tak sebatas saling megenal, tetapi juga menganggap semuanya sebagai satu keluarga utuh.
Tentu saja, Idulfitri tidak hanya sekadar momen untuk berjumpa kembali dengan keluarga, tetapi yang tidak kalah penting, adalah pengutan ukhuwah di antara masyarakat. Sebab dalam hidup kita niscaya selalu berdampingan dan saling membutuhkan.
Agama Islam selalu mengajarkan kepada setiap umat guna senantiasa menjaga erat tali silaturahmi demi menciptakan tatanan yang rukun dalam naungan Islam rahmatal lil alamin. Jadi, lebaran kali ini kamu sudah silaturahmi belum?
 
		





