
Gotong royong merupakan sebuah ciri khas asli bangsa Indo negara-nesia yang mempersatukan perbedaan. Gotong royong sendiri berasal dari dua kosa kata bahasa Jawa yaitu, gotong yang pikul dan angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Jadi dapat diartikan bahwa gotong royong adalah mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.
Gotong royong dalam masyarakat Jawa sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat hampir dalam setiap kegiatan yang ada. Namun, seiring berkembangnya zaman, tradisi tersebut hanya banyak ditemukan di pedesaan, salah satunya pada masyarakat desa Guli, kecamatan Nogosari, kabupaten Boyolali.
Tradisi gotong royong telah mengalami banyak gempuran, terutama disebabkan oleh dampak globalisasi. Masyarakat Desa Guli berupaya merawat tradisi gotong royong di tengah berbagai gempuran tersebut. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan menjaga kerukunan antar warga.
Selama kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) kelompoknya 254 dari UIN Raden Mas Said Surakarta berlangsung, terdapat beberapa kegiatan sosial keagamaan sebagai bentuk upaya merawat tradisi gotong royong pada masyarakat Desa Guli yang dilaksanakan, di antaranya adalah penyembelihan dan pembagian hewan kurban, serta subuh berkah.
Baca juga: Buku Jadi Peristiwa
Penyembelihan dan pembagian hewan kurban dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat desa Guli. Warga dari masing-masing RT berkumpul menjadi satu, di sebuah tempat penyembelihan dan pembagian. Kegiatan gotong royong dalam kegiatan kurban sudah berlangsung sejak malam sebelum hari raya iduladha. Dimulai dengan para pemuda laki-laki beserta bapak-bapak memasang canopy, sedangkan ibu-ibu beserta pemudi perempuan menyiapkan peralatan makan dan lainnya untuk kegiatan penyembelihan esok hari.
Pada hari penyembelihan, penyembelihan dilakukan oleh bapak-bapak dan dibantu dengan pemuda laki-laki. Setelah daging terbagi menjadi beberapa potongan besar, pemotongan daging selanjutnya dilakukan oleh ibu-ibu. Daging akan dibagi menjadi lebih kecil lagi, lalu dijadikan satu agar terbagi dengan adil.
Terdapat tugas lain dalam penyembelihan selain dua tugas yang terbagi antara ibu-ibu dan bapak-bapak, yaitu bagian konsumsi. Tugas tersebut sebagian besar dilakukan oleh pemuda-pemudi, mereka bertugas menyediakan konsumsi selama kegiatan pembagian daging kurban berlangsung.

Sebelum melakukan pembagian daging, terdapat beberapa daging yang dimasak untuk kemudian dinikmati bersama oleh masyarakat sebelum berkeliling membagikan dari rumah ke rumah. Suasana rukun yang terwujud dari gotong royong dalam kegiatan ini sangat terasa. Mahasiswa KKN yang membantu juga sangat disambut dengan hangat saat kegiatan ini.
Baca juga: Pesantren: Melanggengkan Tradisi, Menjaga Silaturahmi
Kegiatan lain yang menunjukkan tradisi gotong royong adalah kegiatan subuh berkah. Kegiatan subuh berkah dilakukan dua kali dalam sebulan, setiap hari minggu pada minggu ke-dua dan keempat. Setelah jama’ah subuh, dilanjutkan dengan kajian subuh sampai pukul setengah enam. Setelah itu dilanjutkan dengan sarapan bersama, masyarakat menyiapkan alat makan, makanan dan minuman, hingga membagikannya secara bersama-sama.
Guyub rukun dan rasa kekeluargaan terlihat erat dalam kegiatan keagamaan ini. Tradisi gotong royong yang diimplementasikan dengan baik dalam kegiatan sosial keagaman masyarakat desa Guli diharapkan tidak akan terlupakan dan tertinggal. Kerukunan, kekeluargaan, keramahan dari masyarakat adalah wujud dari terawatnya tradisi gotong royong yang ada. Kelompok 254 KKN UIN Raden Mas Said mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran berharga, baik dari masyarakat maupun dari kegiatan yang dilaksanakan.