Dialog Lintas Agama

Dalam dunia yang terus-menerus berkutat dengan gosip global dan berita heboh tentang agama, buku Islam di Mata Orang Jepang oleh Hisanori Kato seperti angin segar yang menyuguhkan rasa tenang dan damai, menguraikan dialog lintas agama. 

Buku ini membuka jendela bagi kita semua untuk melihat bagaimana pandangan stereotipikal dalam memandang Islam, khususnya masyarakat Jepang yang diwakili oleh Hisanori Kato. Tilikan tersebut dilakukan melalui kacamata tokoh-tokoh terkenal Indonesia—dari yang liberal, moderat, hingga radikal. Sosiolog asal negara Jepang ini menjumpai para tokoh tersebut satu per satu, secara tatap muka. 

Mari kita terjun ke dalam “dialog” lintas agama ini dan melihat bagaimana Ulil, Gus Dur, dan Ba’asyir memainkan peran masing-masing, hingga menjadi representasi mencolok atas agama Islam. 

Yang Liberal dan Modern

Kalau kamu pernah berpikir bahwa liberalisme adalah sebuah konsep yang hanya berlaku di dunia Barat, entah Eropa atau Amerika, coba deh tengok sosok Ulil Abshar Abdalla ini. Di mata Hisanori Kato, Ulil adalah representasi dari liberalisme dalam Islam yang segar dan penuh warna. 

Pendakwah yang sekarang rutin mengaji Ihya’ Ulumuddin di media sosial ini berusaha membuat masyarakat internasional melihat bahwa Islam tidak melulu soal belati dan seragam suram, melainkan agama yang masuk dalam perbincangan santai, inklusif, dan egaliter. 

Baca juga: Pergolakan Seni dan Agama 

Hisanori Kato menyoroti bagaimana Ulil berusaha menembus dinding stereotip yang selama ini mengurung pemahaman perihal Islam. Ulil hadir dengan argumen yang menenteramkan, membuktikan Islam bisa beradaptasi dengan zaman tanpa perlu menggerus identitas atau menjadi keras. 

Dengan cara ini, Ulil seolah berteriak, “Hey, kita ini bukan cuma tentang kekerasan dan teroris!”—sebuah pesan yang rasanya sangat dibutuhkan di tengah berita sensasional yang sering kali mengubah Islam menjadi monster besar di mata banyak orang, apalagi seusai peristiwa 9/11.

Yang Plural dan Humoris

Nah, kalau Ulil itu seperti kopi latte yang menyegarkan, Gus Dur adalah kopi tubruk yang penuh rasa. Hisanori Kato menggambarkan Gus Dur sebagai sosok yang bukan hanya berilmu tinggi melainkan juga punya selera humor yang luas. Ini penting. 

Gus Dur dikenal dengan kebijaksanaan dan kemampuannya untuk menjembatani perbedaan dengan cara yang hangat dan penuh hormat. Gus Dur bak mediator internasional yang bisa membuat diskusi antar agama terasa lebih ringan, tanpa menghilangkan esensi dari perbedaan itu sendiri. 

Hisanori Kato menggarisbawahi Gus Dur yang humoris untuk memperlihatkan bahwa Islam bisa menjadi agama yang damai dan toleran. 

Jadi, jika pembaca sekalian memikirkan tentang bagaimana Islam bisa diterima di Jepang, bayangkan Gus Dur sebagai “duta besar” yang memberikan pandangan bahwa Islam, meski berbeda, tidak perlu menjadi sumber konflik dan perpecahan. 

Yang Kontroversial dan Bikin Tegang

Bila Ulil dan Gus Dur adalah minuman kopi yang menenangkan, Abu Bakar Ba’asyir bagai espresso yang super kuat dan bikin jantung berdebar. Ba’asyir, dengan pandangannya yang sering kali ekstrem, mempengaruhi bagaimana Islam dipandang di muka khalayak dunia. 

Hisanori Kato tidak membatasi diri pada dampak negatif, tetapi juga menjelaskan bagaimana pandangan ini acap mencipta stereotip yang tidak adil. Di sini, Ba’asyir seperti bumbu pedas dalam hidangan yang sering kali membuat orang Jepang merasa “kepanasan”. 

Buku ini membantu pembaca memahami bahwa pandangan Ba’asyir tidak mewakili seluruh umat Islam. Jadi, alih-alih melihat Islam sebagai “kacau balau”, pembaca diundang untuk memisahkan antara ekstremisme dan mayoritas umat Islam yang lebih moderat.

Baca juga: Media Sosial dan Sentimen Moderasi Beragama  

Hisanori Kato dengan cermat menunjukkan bagaimana pandangan masyarakat Jepang terhadap Islam seringkali dikacaukan oleh informasi yang tak lengkap dan misinformasi. 

Dalam buku ini, ada semacam tarikan di mana pembaca sekalian diajak untuk melihat melampaui berita sensasional dan stereotip tersebut. Buku ini mengundang pembaca untuk memperluas wawasan mereka tentang Islam dengan perspektif yang lebih nuansa dan menyeluruh.

Islam di Mata Orang Jepang bukan sekadar buku. Teks ini merupa petualangan intelektual yang membawa kita untuk meneropong Islam dari berbagai perspektif. 

Dengan mengungkapkan ide Ulil Abshar Abdalla, Gus Dur, dan Abu Bakar Ba’asyir, Hisanori Kato menghadirkan pandangan variatif tentang Jepang dan Islam. 

Sebagai penutup, bila penasaran bagaimana Islam dipandang dari sudut orang Jepang dan pusparagam pemikiran agama, buku ini adalah bacaan wajib. Ini adalah kesempatan membuka cakrawala yang lebih luas dengan memahami dialog lintas agama. Buku ini seperti secangkir kopi yang menawarkan lebih dari sekadar kandungan kafein. 

Judul : Islam di Mata Orang Jepang: Ulil, Gus Dur, sampai Ba’asyir

Penulis : Hisanori Kato 

Penerbit : Penerbit Buku Kompas

Tebal : 176 halaman 

ISBN : 978-979-709-798-1 

Bagikan
Mahasiswa asal Purbalinggaa, sedang menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Mas Said Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here