Gus Dur dan Gerakan Perempuan

Damarku.id baru saja menggelar Gelar Wicara bertajuk “Gus Dur dan Gerakan Perempuan”. Acara ini ditujukan untuk memeriahkan semarak bulan Desember—yang akrab disebut dengan bulan Gus Dur.

Gelar wicara tersebut menghadirkan narasumber yang berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi cukup intens dalam menekuni isu keperempuanan di Indonesia.

Tiga narasumber yang menjadi pengisi gelar wicara tersebut adalah Siti Aminataz Zuhriyah, M. Azwan Anas, dan Tri Irmawati. Sementara yang menjadi moderator adalah Adib Baroya. Rani Wahyu turut menjadi pewara (master of ceremony).

Gelar Wicara dilakukan di Konco Kulo kopi pada hari Rabu, 28 Desember 2022 pukul 16.30-19.00 WIB. Berbeda dengan gelar wicara sekaligus peluncuran situs sebelumnya, peserta yang datang sengaja dibatasi, yakni sejumlah 20 orang. Diskusi tersebut sengaja dibuat terbatas supaya cukup kondusif dan bergulir interaktif.

Baca juga: Menggemakan Esensi Dokumen Abu Dhabi

Tri Irmawati membuka pemaparan terkait Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sudah lama kondang sebagai tokoh pluralisme, humanisme, demokrasi, tetapi jarang ditengok dari sudut pandang kesetaraan gender maupun gerakan perempuan. “Kita jarang mendengar itu. Bahwa Gus Dur itu juga seorang feminis,” ungkap Irma—sapaan akrab anggota Gus Durian Solo itu.

Gus Dur mendorong kemajuan kaum perempuan dan menjamin hak asasinya, bermula dari lingkungan keluarga: sebuah institusi sosial paling kecil.

Sementara itu, Azwan Anas membaca situasi dan kondisi dan melihat banyak sekali alasan mengapa sosok yang lahir di Jombang pada tanggal 7 September 1940 ini, meski masa kepemimpinannya cukup singkat, 21 bulan, tetapi mampu melahirkan kebijakan yang cukup inovatif dan melampaui zaman.

Satu peraturan yang cukup monumental dari Gus Dur adalah penggantian nomenklatur Kementerian Urusan Wanita menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Ada pula Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender.

Selain mengesahkan beberapa ketetapan, Ikhtiar Gus Dur menggaungkan kesetaraan gender juga dengan melakukan sosialisasi dari pondok pesantren, membumikan kesetaraan di tengah. “Gus Dur datang ke pondok pesantren-pondok pesantren tidak dengan kata gender, tetapi mitra sejajar laki-laki,” terang mahasiswa magister Universitas Selebas Maret itu.

Sesi pemaparan materi terakhir dijelaskan oleh Siti Aminataz Zuhriyah. Pendidikan keluarga ala Gus Dur menjadi cakupan yang dibahas darinya. Model kepengasuhan yang diterapkan oleh Gus Dur di dalam keluarganya adalah pengasuhan yang visioner, membebaskan tetapi tidak kelewatan. Kebebasan yang terarah dan tidak lupa pada tanggung jawab, tentu saja.

“Kebebasan itu perlu, sejak dini bahkan, tetapi juga harus dengan segala konsekuensi,” beber Aminah—sapaan akrab Siti Aminataz Zuhriyah.

Gus Dur memiliki empat orang yang kesemuanya perempuan. Dengan pola pengasuhan tersebut, selain menjadi potret parenting yang setara dan adil, niscaya bisa menjadi contoh maupun cetak biru dalam pola pendidikan-pengasuhan anak di Indonesia yang seringkali masih mengekang, menuntut ini dan itu, sehingga anak bukannya “dilahirkan” malah “dibentuk”.

Gus Dur dan Gerakan Perempuan

Setelah pemaparan materi rampung, lanjut sesi tanya jawab. Tiga orang penanya memberi tanggapan dengan cukup antusias. Nuzulul Huda, mengakui banyak sekali sebenarnya alternatif-alternatif yang dicanangkan Gus Dur, yang relevan bahkan urgent untuk diterapkan secara mendasar di ranah keluarga-keluarga Indonesia—mengingat berbagai masalah yang masih merabak di dalam keluarga itu sendiri, sebut saja pernikahan dini yang amat rentan, perceraian, dan baby blues syndrome.

Baca juga: Menempatkan Gagasan Gus Dur dalam Konflik Politik Identitas

Sementara itu, Said secara lebih jauh mengakui ketertarikannya dengan geliat gerakan perempuan di Indonesia. Ia juga mempertanyakan soal pendampingan atau advokasi. Penanggap ketiga, Rani Wahyu, mengakui bahwa orang terkuat adalah perempuan.  

Gelar wicara “Gus Dur dan Gerakan Perempuan” ini adalah agenda pertama dari Damarku.id selepas peluncuran situs pada 15 Desember 2022 lalu.

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here