Islam dan Kebudayaan
(Ilustrasi naskah kuno Banten, Syarah al Khulasah al Alfiyah fi Ulumil Arabiyyah)

Dalam sejarah perkembangan studi Islam dan kebudayaan di Nusantara, kajian Al-Quran cenderung menjadi trend di kalangan para sarjana dan pemikir Islam. Adanya perhatian ini, setidaknya dimulai pada awal permulaan abad XX dengan berbagai kajian dan penelitian yang ditemukan.

Terlihat dari beberapa artikel dan karya-karya yang ditulis oleh beberapa peneliti, yang banyak memaparkan baik dari segi sejarah, politik, hukum Islam, budaya, dan sosial yang secara luas dikaji dalam studi Islam di Indonesia.

Di wilayah Banten misalnya, merupakan sebuah wilayah yang mayoritas masyarakatnya adalah suku Sunda. Meskipun demikian, adanya penyebaran Islam di tanah Banten, bermula dengan berdirinya kerajaan yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin Banten sampai masa pemerintahan Sultan Abul Fath Abdul Fatah atau Sultan Ageng Tirtayasa.

Banten dikenal dengan sebuah wilayah yang kaya akan budaya, misteri (mistis) dan sejarah. Selain itu, kekayaan masyarakat Banten yang istimewa karena adanya teks atau naskah-naskah kono yang berisi data sejarah dan informasi yang meliputi banyak hal di antaranya; sejarah, adat istiadat, agama, silsilah, pengobatan, penanggalan, dan ilmu pengetahuan.

Secara garis besar, adanya pemikiran Islam di tanah Banten, didukung dengan berdirinya pondok pesantren yang tersebar dibeberapa tempat, serta adanya kajian Islam yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh Islam di Banten. Pondok pensatren menjadi salah satu lokasi utama sebagai tempat kajian Al-Quran  dan pemikiran Islam yang menjadi dasar islamisasi masyarakat di tanah Banten.

Pondok pensatren menjadi salah satu lokasi utama sebagai tempat kajian Al-Quran  dan pemikiran Islam yang menjadi dasar islamisasi masyarakat di tanah Banten.

Dengan adanya peranan tersebut, pondok pesantren yang menjadi dasar dan pokok pusat kajian Islam memiliki kewajiban dalam upaya membangun sebuah peradaban baru dalam kajian Al-Quran dan keislaman di Banten.

Baca juga: Ki Ageng Pengging Sepuh: Membaca Simbol Budaya di Pasarean

Hal ini menjadi tolak ukur, bahwa pondok pesantren mempunyai jaringan luas dalam mencakup ilmu-ilmu keislaman, yang di dalamnya didasarkan kepada Al-Quran dan kitab-kitab lainnya.

Selain itu, adanya para pengajar Al-Quran yang memberikan suatu kontribusi besar sebagai media pendampingan dalam memahami Al-Quran dan agama Islam. Seperti para tokoh yang menjadi rujukan pertama di tanah Banten yakni, Syaikh Nawawi al-Bantani, KH. Wasyid, KH. Abdul Fatah Hasan, KH. Syam’un dan tokoh-tokoh lainnya.

Akulturasi Budaya

Islamisasi masyarakat Banten tidak cukup sebatas nilai teologis, yang kemudian  melahirkan deretan kebudayaan yaitu debus, dzikir maulid, seni calung, seni marhaban, seni kosidahan, nyapar, ruahan, dan yang lainnya.

Adanya upaya internalisasi kebudayaan antar Islam dan kebudayaan lokal di Banten memberikan cakupan yang luas, bahwa Islam mempunyai otoritas dalam membangun sebuah pemikiran yang dapat dikonsumsi oleh setiap manusia.

Peranan kebudayaan yang banyak melekat di masyarakat Banten adalah salah satu solusi dalam membangun sebuah syiar Islam, yang sampai hari ini masih ada dan terus dilestarikan. Sebab, dalam kultur masyarakat Banten, bahwa adanya ritual, serta adat istiadat itu merupakan sebuah ungkapan, bahwa kita sebagai manusia selalu berupaya yang terbaik dalam menjalankan hidup dan beragama.

Artinya, yang menjadi tolak ukur masyarakat Banten dalam beragama, bukan hanya sekadar akidah, namun seni dalam ruang lingkup keislaman adalah salah satu sumber yang dapat memahamkan masyarakat Banten dalam mengenal Islam.

Tolak ukur masyarakat Banten dalam beragama, bukan hanya sekadar akidah, namun seni dalam ruang lingkup keislaman adalah salah satu sumber yang dapat memahamkan masyarakat Banten dalam mengenal Islam

Dengan demikian, secara tidak langsung, masyarakat akan mulai memahami dan mengerti agama Islam melalui tranmisi adanya unsur kebudayaan. Bila ditelisik lebih dalam, dari sini kita bisa pahami, bahwa Islam mampu menjangkau segmen lebih luas masyarakat Pribumi, termasuk para elitnya, yaitu para tokoh dan ulama.

Upaya ini dilakukan karena setiap manusia pasti mempunyai dasar dan landasan dalam beragama, yang dapat membawanya kedalam sebuah kehidupan sehari-hari.

Dari sebagian besar adanya pengaruh Islam masuk di tanah Banten, Islam dipandang secara khusus memiliki nilai yang tinggi, baik dalam sebuah syariat maupun kebudayaan. Hal inilah yang menjadikan dasar bahwa agama Islam menjadi patokan pertama dalam kehidupan orang Banten. 

Baca juga: Ruwah dan Ritus Sebelum Ramadhan

Tampak terlihat dari gaya hidup orang Banten yang selalu berpegang teguh dengan syariatnya serta adat- istiadatnya yang sudah sejak dulu ada. Disisi lain, dengan adanya dorongan pondok pesantren yang ada di tanah Banten, yang sebagian besar adalah Salaf, serta di dalamnya memuat semua elemen-elemen kajian Al-Quran dan keislaman.

Maka dalam hal ini, peradaban Islam di Banten dibangun melalu sejarah yang  panjang dengan berbagai macam metode, kajian dan dakwah. Adanya ajaran ini, tak lepas dari Pemahaman para wali dan para tokoh yang menyebarkan agama di tanah Pasundan (Banten)—yang sampai hari ini akan terus berkembang dan menumbukan peradaban-peradaban baru. Gagasan tersebut guna menjadi pegangan kuat sebagai landasan hidup masyarakat di tanah Banten.

Tinggalkan Balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here